Kampung Tua Gresik
Warisan Pusaka Indonesia. Gresik sebagai kota pesisir banyak disinggahi
pedagang didalam dan luar negeri, pada masa lalu Gresik berkembang
menjadi kota transit yang padat. Aneka kejayaan masa lalu bisa dinikmati di Kampung Tua Gresik.
Kemarin, Rombongan yang tergabung dalam peserta “Temu Pusaka Indonesia” itu sengaja mengunjungi beberapa kampung tua Gresik sebagai bagian dari kegiatan jelajah pusaka, atau mengunjungi lokasi-lokasi bersejarah.
Jam menunjukan pukul 16.00 WIB,
rombongan wisatawan mancanegara dan dalam negeri yang berjumlah sekitar
80 orang itu mulai beranjak pergi meninggalkan Kabupaten Gresik, Jawa
Timur, setelah lelah seharian berkeliling di kampung tua Gresik.
Aditya Nugraha yang juga sekretaris temu pusaka Indonesia mengakui,
menyusuri kampung-kampung tua di Gresik sangat mengesankan, karena mampu
membawa kita pada suasana tempo dulu. Bukti-bukti sejarah berupa
bangunan tua yang tertata rapi di sepanjang jalan wilayah Karangpoh
sampai Kampung Arab, membuat tubuh wisatawan terasa berada di masa lalu.
Selain itu di kawasan kota lama Gresik seperti Jalan Wahid Hasyim,
Raden Santri, Basuki Rachmat, HOS Cokroaminoto, Jalan Nyi Ageng
Arem-arem, dan Kampung Kemasan, juga akan mengingatkan masa-masa zaman
Hindia-Belanda, sehingga sangat layak dijadikan sebagai lokasi wisata
pusaka Indonesia.
Sebab, sejumlah bangunan kuno di kampung tua Gresik yang telah
berusia satu abad masih nampak berdiri kokoh dan menembus batas
zaman.”Gresik layak menjadi kawasan wisata pusaka Indonesia, karena
banyak bangunan di Gresik yang berdiri sejak tahun 1898 dan 1900-an,”
kesan Aditya.
Ia menilai, kawasan kampung tua Gresik dan bukti bangunan kuno di Gresik lebih menarik dibanding daerah lain di Indonesia.
Kesan yang disampaikan Aditya tidaklah berlebihan, sebab Gresik sejak
dulu juga sudah disebut-sebut sebagai salah satu prototipe kota tua.
“Sejak zaman kerajaan Majapahit, Gresik
diakui sebagai prototipe kota lama, karena perannya sebagai kota dagang
mulai berkembang sejak pertengahan abad XIV, dan masuk dalam jaringan
perdagangan dunia,” kata Budayawan Gresik, Oemar Zainudin. Oemar
menceritakan, selain adanya bukti berupa bangunan kuno, goresan masa
lalu juga masih terlihat pada bentuk Masjid Jamik, Gedung DPRD yang
terletak di Alun-Alun Gresik, dan masih tetap terjaga hingga kini.
Bangunan Kuno di kampung Tua Gresik Terus Berkurang
Sementara itu, upaya pelestarian
bangunan kuno di Gresik rupanya tidak sejalan sesuai harapan dan
semangat untuk memelihara. Ketua Masyarakat Pecinta Sejarah Gresik
(Mataseger), Kris Adji mengatakan, bangunan kuno yang awalnya berjumlah
ribuan, kini hanya tersisa 500 bangunan.
Sebab, setiap tahunnya keberadaan situs bersejarah berupa bangunan
kuno di Kabupaten Gresik terancam menurun jumlahnya, karena
keberadaannya kurang dilindungi oleh pemkab setempat.
“Data terakhir yang dimiliki komunitas Matasegers jumlahnya tersisa
500 dari ribuan bangunan sebelumnya, sedangkan data komunitas pencinta
bangunan bersejarah dari ITS Surabaya hanya tersisa 350 bangunan,”
paparnya. Keberadaan bangunan bersejarah kini hanya bisa dilihat dari
wilayah Karangpoh sampai Kampung Arab, dengan usia bangunan lebih dari
100 tahun.
Oleh karena, untuk kembali mempertahankan keberadaan bangunan
bersejarah di Gresik diperlukan rasa kepedulian dari kaum muda Kabupaten
Gresik.
Selain itu, pihaknya dan sejumlah sejarahwan juga terus mendorong
terbitnya Rancangan peraturan daerah (Raperda) mengenai perlindungan
bangunan bersejarah di Gresik yang kini masih dalam proses di Gubernur
Jatim. “Raperda itu akan terus kita dorong dan awasi, tujuan untuk
melindungi keberadaan bangunan kuno di wilayah Kabupatan Gresik,
sehingga jumlahnya tidak terus menurun,” tukasnya.
Dikatakannya, menurunya jumlah bangunan bersejarah di Kabupaten
Gresik, karena tidak adanya aturan daerah yang mengatur pembongkaran,
sehingga dengan mudah pemilik membongkar dan mengubah bentuk bangunan.
Ia berharap, Pemkab Gresik bisa mendorong kepedulian pemuda terhadap
bangunan kuno, sehingga tetap terjaga dan bisa menjadikan wilayah Gresik
sebagai lokasi tujuan wisata “kota tua”.(Abdul Malik/antara)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar