Jumat, 16 November 2012

Ilmu Bisnis: Strategi Bisnis Cetak Foto




Ilmu Bisnis: Strategi Bisnis Cetak Foto. Memang, saat ini semakin banyak orang ‘jeprat jepret’ mengambil foto dengan kamera digital ataupun kamera di ponselnya. Sebagian ada yang tetap menyimpannya dalam format digital, namun ada juga yang mencetaknya. Nah, tantangan kita di sini adalah membuat semakin banyak orang mencetakkan fotonya di tempat kita. Untuk itu kita harus tawarkan nilai lebih kalau mereka mencetak fotonya. Ini untuk mendorong keinginan mereka mencetak foto yang telah mereka buat. Misalnya dengan memberi layanan editing foto.
Orang yang telah memotret dengan kameranya sendiri atau ponsel –umumnya hasilnya “biasa saja”- dapat mencetak foto ke kita dengan mendapat layanan professional editing mulai dari pengontrasan gambar foto yang telah mereka ambil, penajaman gambar foto yang kabur, penghapusan bagian yang tidak diinginkan, pemotongan (cropping) ukuran foto sampai manipulasi gambar sesuai keinginan konsumen seperti me-make up foto sehingga wajah di foto semakin cantik, memberi bingkai unik di dalam foto, mengganti latar belakang foto, dll. Jadi nilai lebihnya adalah membuat foto hasil jepretan sendiri yang kualitasnya biasa saja menjadi lebih bagus dan indah. Layanan ini bisa diberikan gratis asalkan mencetak dalam jumlah banyak misalnya 5 foto. Kalau hanya satu foto, bisa sedikit dibebankan ongkos editing.
Adanya layanan Bisnis Cetak Foto seperti ini tentu menarik konsumen yang telah menyimpan hasil jepretannya yang ada di kamera digital atau ponselnya. Jangan lupa pasang spanduk, standing banner dan sebar brosur, misalnya berbunyi: “Ayo cetak foto yang Anda buat dengan gratis editing di kami. Foto yang Anda buat menjadi lebih indah!”. Adanya pesan iklan ini bisa membuat orang tertarik.
Sekarang kita bahas yang kedua, tentang studi Bisnis Cetak Foto . Orang yang memakai layanan studio foto mengharapkan hasil gambar yang indah, sangat jelas, dengan gaya yang menarik. Kalau kita merancang bisnis studio foto maka kita harus tetapkan dulu siapa target market utamanya. Lihatlah orang-orang yang berada di sekitar lokasi bisnis kita. Kalau banyak remaja putri (ABG) maka kita sasar ke ABG. Kalau banyak keluarga bisa kita bidik ke keluarga.
Sebagai contoh kalau studio foto kita untuk kalangan remaja putri maka kita buat layanan yang pas buat mereka seperti peminjaman kostum remaja yang ceria, latarbelakang foto sesuai dengan dunia remaja, make-up foto yang buat wajah tampak semakin cantik, dll. Sebaliknya kalau studio foto kita untuk bayi dan balita akan beda.
Kita dekor studio kita penuh dengan nuansa bayi seperti kelembutan, keceriaan, kasih sayang, boneka, dll. Jadi kalau ada orang tua yang ingin memotretkan bayinya, hasil foto akan membuat bayinya tampak imut, lucu, cute, dan sejenisnya. Studio foto untuk bayi cukup marak di beberapa mal belakangan ini dan cukup laris. Selain itu studio kita tentu saja juga menawarkan layanan standar untuk foto keluarga dan pas foto. Yang terpenting tawarkan nilai tambah studio kita dibanding studio lain. Misalnya ada penata gaya profesional, keleluasaan konsumen memilih foto terbaik sesuai keinginannya, dll.
Kalau ada pelanggan yang telah menfoto, jangan lupa memperoleh database mereka. Tujuannya kita bisa menjalin komunikasi berlanjut, misalnya kalau ada keluarga yang menfotokan bayinya. Kita perlu database tanggal lahir bayi dan kontak orang tuanya. Mendekati hari ulang tahun berikutnya, kita hubungi supaya mereka menfotokan lagi ke kita. Jadi pada saat event-event tertentu kita tawarkan jasa kita ke para pelanggan seperti Valentine untuk ABG, ultah, anniversary, dll. Beberapa database ini bisa kita peroleh dari tempat lain. Misalnya untuk layanan foto bayi, kita bisa ‘meminta’ database ke rumah sakit bersalin. Dengan database ini kita bisa tawarkan layanan foto kita lebih tersegmen sehingga peluang kita mendapat pasar semakin besar.
Terakhir, kita bisa manfaatkan komunitas untuk bisnis kita. Tawarkan bisnis studio foto atau cetak foto ke para komunitas. Misalnya komunitas ibu yang mengandung dan akan melahirkan bayi, komunitas remaja putri, komunitas anak SMA, komunitas ibu yang memiliki balita, dll. Kita masuk ke jejaring sosial atau komunitas-komunitas yang sekarang ini marak. Yang penting rajin mencari komunitas-komunitas on line ini yang mudah dijumpai di internet. Kita masuk ke topik pembicaraan mereka sembari menawarkan layanan foto kita. Cara-cara di atas dapat dilakukan dengan biaya yang sangat murah. Semoga solusi ini memberi pencerahan bagi para pelaku Bisnis Cetak Foto .
Sumber: Buku “Jurus-jurus Sakti Wirausaha”, karya Istijanto

Tidak ada komentar :

Posting Komentar