Senin, 10 Desember 2012

5 W 1 H Tidak Relevan Bagi Wartawan Cetak



YOGYAKARTA - Penyampaian berita tidak cukup hanya mengandalkan unsur 5 W 1 H, yakni who, what, where, when, why dan how. Apalagi, penyampaian pemberitaan itu untuk media cetak.

"Model 5 W 1 H itu sudah kuno. Anda kalau di kampus masih diajarkan seperti itu, berarti metode untuk mencari berita harus diubah," kata Kepala Pemberitaan Media Indonesia Abdul Kohar, Rabu (5/12/2012).

Hal itu disampaikan dalam pemaparan seminar nasional "Career Planning Jurnalism & Public Relation" yang digelar Korps Mahasiswa Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) di kampus UGM, Yogyakarta.

Pimpinan Redaksi Okezone Budi Santosa dan Wakil Pimpinan Kompas Budiman Tanuredjo juga hadir dalam kesempatan itu untuk menjadi narasumber. Wartawan cetak, lanjut Abdul, harus lebih mengandalkan kedalaman suatu pemberitaan. Artinya, wartawan cetak harus lebih mengungkap secara detail suatu peristiwa yang akan diberitakan.

Seminar ini, katanya, untuk mengetahui bagaimana kinerja seorang wartawan maupun proses pemberitaan. Selain itu, menjadi wartawan tidak hanya dari lulusan komunikasi.

"Jangan dikira hanya Anda yang galau setelah lulus, kita akan menerbitkan suatu berita untuk esok hari juga. Kalau berita hanya mengandalkan 5 W 1 H, sudah dilalap habis sama media televisi dan online. Itu tidak berlaku buat wartawan cetak," katanya.

Ketua panitia acara ini, Suci Marini, berharap, seminar tersebut memberi pencerahan bagi mahasiswa, khususnya jurusan Komunikasi. Bukan hanya untuk UGM semata, tetapi bagi jurusan komunikasi lainnya.

"Peserta seminar bukan hanya dari UGM saja, ada temen komunikasi dari Bandung, Universitas Negeri Surakarta (UNS), Universitas Erlangga Surabaya, dan berbagai mahasiswa di luar komunikasi," jelasnya.(rfa)



Tidak ada komentar :

Posting Komentar