5 Sebab Gaji Tak Pernah Cukup
GRESIK - Seberapa besar pun gaji, selalu saja
habis di tengah bulan. Padahal idealnya gaji semestinya cukup sampai
gaji berikutnya tiba. Sebelum minta naik gaji, berikut beberapa
kemungkinan mengapa gaji tidak pernah cukup.
1. Gaya hidup meningkat.
Waktu
pertama kali bekerja transportasi andalan adalah bis, kereta api,
setelah bekerja beberapa tahun, beralih menjadi taksi. Bila dulu tidak
suka ngopi, sekarang hangout di coffee shop bersama teman-teman adalah jadwal rutin setiap Jum'at. Ini yang terjadi pada banyak orang.
Cyril Northcote Parkinson penulis buku Parkinson's Law mengatakan semakin besar penghasilan seseorang maka dia cenderung meningkatkan cara dan gaya hidupnya.
Akibatnya,
pengeluaran pun bertambah seiring dengan peningkatan penghasilan.
Apalagi jika peningkatan pengeluaran melebihi kenaikan gaji. Misalnya
gaji hanya naik 10 persen sementara pengeluaran bertambah menjadi 10-20
persen. Bila kondisinya seperti ini, seberapa besar pun gaji Anda, tidak
akan pernah cukup.
2. Tiba-tiba menjadi penting.
Saat
terjadi kenaikan gaji biasanya yang juga naik adalah keinginan terhadap
sesuatu. Padahal, ketika gaji belum naik, keinginan itu tidak muncul.
Misal, saat gaji Rp 3 juta Anda tak melirik gadget tertentu karena menganggap tidak butuh dan tidak ada dana. Tapi begitu gaji naik dua kali lipat, tiba-tiba saja Anda merasa gadget
tersebut menjadi penting. Mengapa? Karena ada dana yang memungkinkan
untuk membelinya. Padahal itu hanya keinginan bukan kebutuhan. Kebutuhan
adalah kita tidak bisa produktif bila tidak memiliki suatu benda
tertentu. Bila dengan gadget tersebut bisa memudahkan pekerjaan dan
membuat Anda lebih produktif, boleh saja mengalokasikan dana untuk
memilikinya.
3. Lebih enak dibelanjakan daripada ditabung.
Niat
sebelum mendapat gaji adalah menabung dan investasi, namun niat ini
menguap begitu gaji sudah di tangan. Tiba-tiba saja Anda merasa sayang
mengeluarkan uang untuk menyiapkan masa depan. Mau menabung? Nanti deh
kalau ada sisa. Mau investasi? Sayang, bulan depan saja. Selalu ada
alasan untuk menunda niat ini.
Mengapa berubah pikiran? Karena
belanja jauh lebih menyenangkan daripada menabung. Ketika belanja, Anda
akan mendapatkan tas, sepatu, baju dan pernak pernik lainnya. Sedangkan
kalau ditabung, Anda tak melihat barangnya.
Memilih barang saat
belanja juga memberikan kenikmatan tersendiri. Begitu menyenangkan
sampai kerap tak sadar telah menghabiskan uang di dompet. Akhirnya
ketika ada kebutuhan yang benar-benar penting, keuangan menipis dan
merasa gaji tak pernah mencukupi kebutuhan.
4. Dihabiskan di depan.
Begitu
semua kewajiban atau tagihan rutin sudah dibayarkan, Anda lantas asal
mengeluarkan uang. Atau begitu menerima gaji, kendali belanja jadi
longgar. Di tengah bulan, Anda bisa tutup mata melihat tawaran sale,
tapi begitu terima gaji, selalu ada alasan untuk membeli apa saja di
depan mata. Karena harga murah, barangnya koleksi terbatas, modelnya
menarik. Jika ini terjadi pada Anda, jangan heran jika gaji tidak cukup
hingga ke gaji berikutnya.
5. Kenaikan tak sebanding dengan inflasi.
Kalau
sudah berhemat dan mengencangkan ikat pinggang tapi gaji tak cukup
juga, kemungkinan besar karena kenaikan gaji tak sebanding dengan
kenaikan inflasi. Kalau kenaikan inflasi saja misalnya 15 persen,
kenaikan gaji per tahunnya hanya 10 persen, jelas tidak akan mengejar
kebutuhan.
Misalnya, gaji yang diterima Rp 2 juta per bulan,
sementara biaya hidup juga Rp 2 juta. Begitu tahun depan harga naik,
termasuk biaya transportasi, biaya hidup meningkay menjadi Rp 2,3 juta
per bulan. Sementara kenaikan gaji hanya Rp 2,2 juta. Pantas saja jika
gaji tak cukup.
(Majalah Chic/Ika Nurul Syifaa)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar